Senin, 23 Mei 2011

KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH BIDAN
Komunikasi merupakan suatu dasar dan kunci seseorang dalam menjalankan tugasnya, komunikasi merupakan suatu proses dalam perawatan untuk menjalankan dan menciptakan hubungan dengan pasien, komunikasi tampaknya sederhana tetapi untuk menjadikan suatu komunikasi berguna dan efektif membutuhkan usaha dan keterampilan serta kemampuan dalam bidang itu (Arifin, 2002).
Tidak ada persoalan sosial manusia dihadapkan dengan masalah sosial yang penyelesaiannya menyangkut komunikasi yang lebih baik, Setiap hari semua orang melakukan proses komunikasi. Sering kali akibat komunikasi yang tidak tepat terjadi perbedaan pandangan atau salah paham. Oleh karena itu setiap orang perlu memahami konsep dan proses komunikasi untuk meningkatkan hubungan antar manusia dan mencegah kesalah pahaman yang mungkin terjadi, hubungan komunikasi terapeutik antara perawat atau bidan dengan pasien adalah hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik (Utami P, 1998).
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2008, di Indonesia bidan yang melaksanakan komunikasi terapeutik dalam pelaksanan asuhan kebidanan pada ibu nifas sebanyak 540 orang. Bidan yang melaksanakan komunikasi terapeutik dalam pelaksanan asuhan kebidanan pada ibu nifas di Singapura sebanyak 460 orang, Bidan yang melaksanakan komunikasi terapeutik dalam pelaksanan asuhan kebidanan pada ibu nifas di Malaysia sebanyak 650 orang dan di Thailand sebanyak 710 orang.(WHO,2008)
Dasawarsa terakhir masalah komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien telah mendapatkan sorotan luas karena adanya beberapa laporan riset yang di kumpulkan Faulkner (1984), laporan tersebut mengungkapkan bahwa banyak pasien yang merasa tidak pernah menerima cukup informasi (Nancy, 1988).
Menurut data dari Depkes Indonesia, Dari hasil penelitian di RSUP Cipto Mangunkusumo tahun 2006-2009 diperoleh bidan yang melaksanakan komunikasi terapeutik dalam pelaksanan asuhan kebidanan pada ibu nifas sebanyak 235 orang.(Depkes RI, 2008)
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktifitas dan bagian yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan atau kebidanan. Berdasarkan hasil penelitian Swansburg (1990), bahwa lebih dari 80% waktu yang digunakan untuk berkomunikasi, 16% untuk membaca dan 9% untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kiat sukses bagi seorang bidan karena terlalu banyak waktu yang digunakan untuk komunikasi, mendengar, berbicara jadi jelas bahwa bidan harus mempunyai keterampilan interpersonal yang baik, karena praktek kebidanan berorientasi pada hubungan interpersonal dalam mencapai suatu tujuan organisasi, maka untuk menciptakan komitmen dan rasa kebersamaan perlu ditunjang keterampilan dalam berkomunikasi (Nursalam, 2002).
Menurut data dari Depkes Sumatera Utara, Dari hasil penelitian joni di RSIA Badrul Aini Medan tahun 2007-2010 diperoleh bidan yang melaksanakan komunikasi terapeutik dalam pelaksanan asuhan kebidanan pada ibu nifas sebanyak 90 orang.Dengan 30% dari 90 orang berpengetahuan cukup, 45% dari 90 orang berpengetahuan kurang, dan yang berpengetahuan baik sebanyak 25%. (Depkes Medan, 2008)
Berdasarkan kurikulum Program Studi Kebidanan Metro terprogram sebagai mata kuliah komunikasi kebidanan yang isinya tentang komunikasi terapeutik diajarkan pada semester III diharapkan mahasiswi bisa menerapkan komunikasi terapeutik secara efektif, hal ini yang melatar belakangi penulis ingin mengetahui bagaimana setelah mahasiswi mendapatkan mata kuliah komunikasi terapeutik keterampilan pelaksanaan komunikasi terapeutik yang di lakukan mahasiswi Program Studi Kebidanan Metro Tingkat II sudah sesuai dengan teori yang di berikan atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar